PELAJARAN 13
SABAT ATAU MINGGU
Pendahuluan :
Salah satu masalah dalam kehidupan
manusia yang berbakti kepada Allah, yaitu bahwa sementara mereka yakin ada satu hari
perbaktian, sebagai satu hari yang suci, tetapi oleh karena perubahan-perubahan masa dan
situasi maka mereka tidak lagi menghiraukan hari itu.
Ada orang berpendapat bahwa tidaklah penting memelihara satu hari tertentu sebagai hari
suci, karena mereka beranggapan tiap hari itu sama adanya. Ada lagi yang menyatakan
bahwa manusia dapat menyucikan tiap hari atau menurut hari yang disukainya.
Dalam pelajaran terdahulu, kita telah ketahui dengan pasti bahwa hari yang disucikan
menurut perintah Allah sebagai hari kebaktian bagi umat-Nya telah ditentukan yaitu
"hari yang ketujuh", hari Sabtu dan bukan hari yang lain, atau pun hari Minggu
yang kini dihormati oleh kebanyakan orang Kristen.
Jika demikian mengapakah bagian terbesar orang berbakti pada hari Minggu dan bukan pada
hari Sabat, hari yang ketujuh ? Bagaimanakah perubahan itu terjadi ?
1. USAHA UNTUK MERUSAK PEMERINTAHAN ALLAH
Dari mula pertama Setan dengansegala
kekuatannya telah berusaha untuk meruntuhkan pemerintahan Allah. Sasaran utama dalam
melancarkan kejahatannya itu ialah menghancurkan 10 Hukum Allah yang menjadi dasar
pemerintahan Allah sebagai tugu-tugu kebenaran moral. Hari Sabat, yang tercantum
dalam hukum keempat, sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, Khalik yang menjadikan
langit dan bumi dan segala isinya menjadi pula tujuan serangan Setan yang terutama.
Mengenai serangan ini telah dinubuatkan dengan jelas dalam Kitab Suci :
"Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya
orang-orang kudus milik yang Mahatinggi, ia berusaha untuk mengubah waktu dan Hukum, dan
mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah
masa." Daniel 7:25.
Jelas di sini bahwa sadar atau tidak
sadar, manusia akan bekerja sama dengan rencana Setan ini untuk "mengubahkan segala
masa dan Hukum". Apabila manusia di dunia ini berhasil dipengaruhi untuk tidak
menyucikan hari Sabat, atau mengalihkan perhatian kepada hari yang lain, maka hal itu
berati suatu kemenangan pihak Setan, karena manusia tidak lagi merayakan hari Sabat yaitu
hari ketujuh yang menjadi tanda peringatan bahwa Allah Yang Mahakuasa adalah Khalik
semesta alam. Adalah tujuan Setan pula agar manusia tidak mengakui Allah sebagai
pencipta dunia ini, karena Setan sejak terjadi pemberontakannya yang gagal di surga,
mempunyai niat untuk merampas kekuasaan Allah.
"Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu, Aku hendak naik ke langit, aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit
pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan,
hendak menyamai Yang Mahatinggi." Yesaya 14:13,14.
2. BAGAIMANAKAH DENGAN HARI MINGGU ?
Jika demikian kita bertanya, mengapakah
hari Minggu dijadikan hari kebaktian oleh mayoritas umat Kristen ? Juga diakui oleh
banyak negara di dunia bahwa hari Minggu bukan sebagai hari kerja resmi ? Adakah
alasan hari Kitab Suci yang mengatakan bahwa hari Minggu telah menggantikan hari Sabtu,
yaitu hari Sabat, hari yang ketujuh ?
Dalam seluruh Kitab Suci, tidak terdapa satu ayat pun yang mengatakan bahwa hari Minggu
sebagai hari yang menggantikan Sabat. Alasan yang dikemukakan orang ialah dari pada
tafsiran mereka sendiri, yaitu karena hari kebangkitan Yesus Kristus, yang mana alasan itu
tudak mempunyai dasar Kitab Suci ! Hanya ada delapan ayat di dalam Kitab Suci.
Perjanjian Baru, yang menyebut tentang hari pertama yaitu Minggu, tetapi tidak ada satu
pun dari ayat-ayat ini yang menyatakan bahwa hari Minggu sebagai hari yang harus disucikan
sebagai hari Sabat dalam hukum keempat dari 10 Hukum Allah.
Sejarah gereja dengan jelas menyatakan bahwa sari Sabat telah dipelihara dan dirayakan
oleh umat Kristen beberapa abad lamanya setelah Yesus Kristus diangkat ke surga.
Menurut dugaan rupanya pada pertengahan abad kedua, mulai timbul suatu perayaan yang
dikenal sebagai "festival kebangkitan" yang dilakukan pada hari pertama yaitu
hari Minggu.
Di samping itu, memang ada kebiasaan pula di kalangan orang ketika sebelum menjadi Kristen
merayakan hari-hari tertentu untuk penyembahan dewa-dewa di antaranya dewa matahari.
Sebagaimana kita ketahui nama hari sepanjang minggu itu berasal dari nama
dewa-dewa, dan hari Minggu itu adalah berasal dari nama dewa matahari, (Sun-day)
Kepada bangsa Israel dulu kala, Allah telah melarang mereka untuk melakukan penyembahan
matahari. "Dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga
apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau
disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru
diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian
mereka."
"Dan yang pergi beribadah kepada Allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau
kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah kularang itu."
Ulangan 4:19,17:3.
Sejarah menyatakan lebih lanjut bahwa baru pada tahun 321 M, dikeluarkan satu perintah
oleh Kaisar Roma Konstantine, supaya di seluruh kerajaan Roma hari Minggu harus dirayakan
sebagai hari raya nasional. Semua kantor-kantor harus ditutup. Dengan dekret
ini, Konstantine menyatakan bahwa perayaan hari Minggu itu adalah menghormati
"matahari" dengan latar belakang pengertian bahwa hari Minggu itu adalah hari
raya penyembahan dewa Matahari yang biasa dilakukan orang pada waktu itu. Bacalah
penjelasan ini dalam buku-buku Ensiklopedia dan buku-buku sejarah.
Pada tahun 364 M, tatkala diadakan konsili di Laodikia, gereja telah mengambil keputusan
bahwa hari Sabat hari diganti dengan hari Minggu. Mulai waktu itu terjadilah suatu
kerja-sama antara gereja dan pemerintahan dalam hal penetapan hari Minggu dengan alasan
untuk merayakan hari kebangkitan Kristus, dan meninggalkan hari Sabat hukum keempat dari
10 Hukum Allah.
Walaupun sudah menjadi keputusan konsili dan diperkuat oleh peraturan pemerintah waktu
itu, masih banyak juga orang yang tidak mau melaksanakan penyucian hari Minggu itu,
melainkan tetap menyucikan hari Sabat. Dikatakan pulah bahwa mulailah timbul
tekanan-tekanan dari pihak gereja dan pemerintah, sehingga mereka yang menyucikan Sabat
mulai ikut merayakan hari Minggu yaitu merayakan dua hari itu, tetapi lama-kelamaan hari
Sabat pun ditinggalkan pula. Apalagi dalam zaman kita ini banyak orang tidak
mempedulikan lagi tentang kebenaran Sabat. Jika saudara bicarakan hal hari Sabat
kepada seseorang mungkin ia akan menjawab, "Ah, sama saja !"
Mereka tidak menyadari bahwa tujuan utama menyucikan Sabat, sesuai dengan maksud Allah
adalah tanda menyembah Allah Khalik yang telah menciptakan semesta alam. Lebih jauh
lagi mereka tidak menyadari pula bahwa dengan merayakan hari Minggu, berarti mereka sedang
mengikuti peraturan manusia !
Kepada mereka itu, sama dengan kepada orang Farisi dan Yahudi di zaman dulu, Yesus berkata
:
"Tetapi jawab Yesus kepada mereka : "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah
demi adat istiada nenek moyangmu ? Hai orang-orang munafik ! Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu : Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
daripada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia." Matius 15:3, 7-9.
3. MERONGRONG GEREJA ALLAH YANG BENAR
Tetapi saudara bertanya,
"Bagaimanakah sehingga gereja dapat mengubahkan hukum Allah itu ? Kalau gereja
yang berbuat demikian bukankah gereja itu telah melakukan suatu kesalahan ?" atau
"Bukankah mayoritas manusia melaksanakan perayaan hari Minggu dan bukan hari Sabtu
? Apakah mayoritas itu salah ?
Disinilah letak kebijaksanaan untuk mentaati kebenaran ! Firman Allah itulah kebenaran
adanya. Jika ternyata mayoritas tidak mengikuti firman Allah maka mayoritas itu
tidak dapat dibenarkan karena ada tersurat :
"Carilah pengajaran dan kesaksian !" Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan
perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar." Yesaya 8:20.
Kita tidak perlu heran jika ada pemimpin-pemimpin gereja pun atau kekuasaan gereja
melaksanakan tindakan-tindakan pengubahan peraturan-peraturan Allah dalam Kitab
Suci, karena peristiwa serupa itu sering terjadi pada zaman dulu sehingga Allah harus
membuka kedok imam-imam itu, dengan firman sebagai berikut : "Imam-imamnya
memperkosa Hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak
membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang
najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku.
Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka." Yehezkiel 22:26.
Bukan sampai disitu saja, tetapi telah dinubuatkan pula, bahwa tindakan lebih jauh akan
dilakukan pula yaitu menyerang dan menganiaya umat Allah yang memelihara hukum Allah.
"Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang
lain, yang menuruti Hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus." Wahyu
12:17.
Sejarah menjelaskan tentang satu masa yang disebut "Abad kegelapan" yang
berlangsung selama 1260 tahun di mana umat Allah telah dianiaya dan banyak yang mati
dibunuh karena mempertahankan kebenaran dan Hukum Allah. Hal ini telah dinyatakan di
dalam nubuatan : "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh
perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke
dalam maut." Wahyu 12:11.
Setelah berakhir masa "Abad kegelapan" itu timbullah reformasi. Banyak
orang mulai menyelidiki Kitab Suci lagi, dan reformis-reformis gereja, mulai meninggikan
kebenaran Kitab Suci dan Hukum-hukum Allah dipelajari. Lambat laun kebenaran tentang
hari Sabat ditinggalkan pula terutama pada akhir zaman ini.
4. PENGAKUAN TENTANG PERUBAHAN HARI SABAT
Untuk dapat diketahui dengan lebih jelas
tentang proses dilakukannya perubahan hari Sabat kepada hari Minggu, kita perhatikan
beberapa pengakuan yang dikemukakan dalam tulisan-tulisan sebagai berikut :
"Memang pernah ada dan tetap ada hukum untuk menyucikan hari Sabat, tetapi hari Sabat
itu bukanlah hari Minggu....Dikatakan bahwa oleh karena beberapa tanda kemenangan, maka
Sabat itu telah dipindahkan dari hari ketujuh kepada hari yang pertama.....Di manakah kita
bisa mendapat catatan tentang transaksi pemindahan ini ? Tidak ada di dalam
Perjanjian Baru - sama sekali tidak. Tidak ada bukti Kitab Suci tentang perubahan
lembaga Sabat itu dari yang ketujuh kepada yang pertama dalam Minggu." - Dr. Edward
T. Hiscox, The Baptist Manual, November 13, 1893.
"Dimanakah di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kita harus menyucikan hari pertama
? Kepada kita diperintahkan supaya menyucikan hari ketujuh; tetapi kita tidak
diperintahkan menyucikan hari pertama...Sebabnya mengapa kita menyucikan hari pertama
dalam minggu sebagai hari suci dan bukan hari ketujuh ialah karena alasan yang sama dengan
perayaan-perayaan lain yang kita lakukan, bukan karena ada di dalam Kitab Suci, tetapi
karena kesukaan gereja itu sendiri." - Isaac Williams D.D., Gereja Inggris,"Plain
Sermons on the Cathecism."
"Tanya : Hari manakah Sabat itu ?
Jawab : Sabtu adalah hari Sabat.
"Tanya : Mengapa kita merayakan Minggu dan bukan Sabtu ?
Jawab : Kita merayakan hari Minggu gantinya hari Sabtu sebab Gereja Katolik, dalam konsili
di Laodikia (A.D. 336) telah memindahkan penyucian hari Sabtu kepada hari Minggu."
Rev. Pieter Geirman, The Convert's Catechism of Catholic Doctrine.
"Anda boleh membaca Kitab Suci dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda tidak akan
menemukan satu baris pun yang memberikan perintah untuk menyucikan hari Minggu.
Kitab Suci menguatkan perbaktian keagamaan pada hari Sabtu, yaitu satu hari yang kamu
(umat Katolik) tidak pernah menyucikannya." - Cardinal James Gibbons,
Kardinal Gereja Roma Katolik, The Faith of Our Fathers.
5. PANGGILAN ALLAH SUPAYA KEMBALI KEPADA SABAT
Kitab Suci menyatakan bahwa Allah tidak
akan membiarkan manusia terus-menerus menginjak-injak hukum Allah dan Hukum hari
Sabat-Nya. Allah telah mengatakan hukuman terhadap mereka yang tidak menghiraukan
penyucian hari yang ketujuh itu sebagaimana yang tertulis dalam ayat berikut :
"Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan
suara nyaring : 'Jika seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda
pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang
disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya, dan ia akan disiksa dengan api dan
belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka
asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam
mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya
itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya. Yang penting di sini ialah
ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan imana kepada
Yesus." Wahyu 14:9-12.
Dalam zaman kita ini seruan Allah sedang ditujukan kepada kita agar kita kembali kepada
Allah, oleh menurut hukum-hukum-Nya dan berbakti pada hari Sabat, yaitu hari yang telah
disucikan Allah sebagai tanda bahwa Allah adalah Khalik yang telah menciptakan semesta
alam sekalian.
Seruan itu dinyatakan dengan nyaring dan dengan beberapa perjanjian kepada mereka yang
mendengar panggilan-Nya dan menurut perintah-Nya,
"Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan ! - Nyaringkanlah suaramu bagaikan
sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan
Yakub dosa mereka !.... Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak
melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku, apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari
kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia", apabila engkau
menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu
atau berkata omong-kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN....."
Yesaya 58:1-14.
Maukah saudara mendengar panggilan Allah untuk kembali kepada penuntun yang benar yaitu menyucikan hari Sabat-Nya ? Maukah saudara mentaati firman Allah dan menerima berkat yang limpah dalam hidup saudara yang Allah telah sediakan ?